Sejarah dan filosofi SATE LILIT



Hallo guys welcome back in my blog!! Di blog aku kali ini, aku akan membahas sesuatu yang nama makanan ini sering kalian denger khususnya orang bali maupum orang luar bali, yaps disini aku mau bahas tentang sejarah dan fisolofi sate lilit.


Sate Lilit adalah sebuah varian sate asal Bali.Sate ini terbuat dari daging babiikanayamdaging sapi, atau bahkan kura-kura yang dicincang, kemudian dicampur dengan parutan kelapasantan, jeruk nipis, bawang merah, dan merica. Daging cincang yang telah berbumbu dilekatkan pada sebuah bambu atau tebu, kemudian dipanggang di atas arang. Tidak seperti sate lainnya yang dibuat dengan tusuk sate yang sempit dan tajam, tusuk sate lilit berbentuk datar dan lebar. Permukaan yang lebih luas memungkinkan daging cincang untuk melekat. Istilah lilit dalam bahasa Bali dan Indonesia berarti "membungkus", yang sesuai untuk cara pembuatan sate ini.



Simbol Pusat Kehidupan & Syarat Kejantanan Pria.



Sate lilit untuk sesaji ini dibuat oleh kaum pria, mulai dari menyembelih hewannya, meracik adonannya, sampai melilit, dan mematangkannya. Membuat sate lilit bagi pria, juga melambangkan kejantanannya. Di masa lalu, orang akan mempertanyakan kejantanan seorang pria yang tak bisa membuat sate lilit. Pada upacara besar, sate lilit dibuat di balai desa, dikerjakan oleh 50-100 orang pria. Bambu atau pelepah kelapa sebagai tempat melilitkan daging dibentuk tebal mirip pensil. Jadi bukan dari serai. Melilitkan sate bukan dengan cara menyelubungi tangkai kayunya, tetapi betul-betul dililit dari atas ke bawah sambil memutar tangkai bambunya sehingga daging terlilit sempurna. Memanggang sate lilit di masa lalu bukan dijajarkan di atas bara api, tetapi ditusukkan satu per satu di ujung batang pisang sebelum dibakar sehingga sate lilit tak langsung menyentuh api.

Sate lilit bali merupakan masakan khas dan otentik Bali.

Merupakan makanan dalam sesaji umat Hindu Bali pada upacara adat. Salah satunya upacara Caru, penghormatan dan penghargaan kepada para dewa bagi penganut Hindu Bali. Upacara ini bertujuan menjaga keseimbangan alam semesta. Dalam sesaji, jumlah sate yang disajikan harus ganjil, misalnya 3-5 tusuk.

Penyajiannya diikat jadi satu, diletakkan di antara 4 jenis lawar. Lawar putih, merah, hijau, dan hitam. Keempat lawar ini menyimbolkan empat arah mata angin. Setiap arah mata angin dijaga dewanya sendiri-sendiri.



Source: google

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ayam geprek rumahan

Sandwich